Thursday, 18 August 2016

Coklat Silver Queen

Sejarah Silver queen


Sejarahnya Chuang juga termasuk orang yang cerdik.Kecerdikannya terlihat saat ia menciptakan peluang inovasi bisniscokelat batangan pertamanya pada tahun 1950-an, Silver Queen.Gagasan menjual cokelat dalam bentuk batangan sebetulnyamerupakan hal mustahil ketika itu seab belum ada teknologi untukmembuatnya tidak meleleh ketika dipajang di toko karena iklimtropis Indonesia yang panas.
Chuang tidak kekurangan akal, dia mencampur adonan cokelatnya dengan kacang mede yangmembuat cokelat batangan seperti beton bertulang yang kuat dan pada akhirnya justru membuatSilver Queen unik. Tahun-tahun selanjutnya diisi Chuang dengan mengembangkan teknologi dipabriknya, ia berusaha mencari tahu cara-cara moderen membuat sebuah adonan cokelat yangsempurna. Chuang memiliki cara yang unik dalam menciptakan varian-varian cokelat-cokelatbaru. Dia tidak memanfaatkan liburan ke luar negeri hanya untuk berleha-leha, tetapi jugamenyempatkan waktu berburu makanan-makanan berbahan cokelat di mana pun dia berada.Cokelat-cokelat itu diborong sebagai oleh-oleh, sebagian kemudian diserahkan pada bagian risetperusahaan untuk dibedah komposisinya.


Dia melancong ke Amsterdam, Belanda, belajar ke pabrik cokelat Cj Van Houten yang sudah memproseskakao menjadi cokelat sejak 1828. Dia juga merayu manajemen Van Houten agar memberinya hak untukmenjual merek itu. Lobi ini sukses dan hasilnya bukan saja Ceres mendapatkan hak memasarkan VanHouten, melainkan juga ilmu dan teknologi mengenai pengolahan kakao menjadi cokelat lezat. Ilmu-ilmuitulah yang kemudian dipakai untuk memperbaiki rasa Silver Queen, dan membuatnya semakin populer darihari kehari. Selain Silver Queen Chuang juga mengembangkan peluang bisnis berbagai merek lain sepertiRitz, Delfi, Chunky, wafer Briko, Top, dan biskuit Selamat. Tidak banyak yang diketahui tentang Chuangkarena sifatnya yang tertutup, namun Chuang dikenal sangat akrab dengan para karawannya. Di tak segan-segan turun langsung ke pabrik dan berbincang di sana. Sikapnya ini lah yang membuat ia sangat dicintaioleh anak buahnya. Sepeninggal Chuang, perusahaan dilanjutkan oleh ketiga anaknya John, Joseph, danWilliam Chuang. Ketiganya dikenal memiliki talenta yang sama dengan ayahnya dalam urusan cokelat. Joseph, sebelum dipanggil pulang keIndonesia, merupakan seorang pebisnis cokelat di Filipina. Ia


mengembangkan jalur distribusi Ceres sampai ke pelosok tanah air, melengkapiarmadanya dengan 500 truk berpendingin yang tersebar dari Banda Acehsampai Jayapura. Ia juga mengakuisisi merek Hudson dan membeli merek Delfidari Swiss pada tahun 2001. John yang sebelumnya memiliki karir sebagai Vice Chairman Bank of California dan Presiden Wardley Development Inc., Californiamembantu Ceres menguasai peluang bisnis hulu kakao di level dunia–sekarang70% pendapatan mereka berasal dari pengelolaan kakao. Cokelat memangsepertinya mengalir dalam darah mereka, ketika diwawancarai sebagai salahsatu keluarga terkaya di Singapura,
John berkata “Ketika bangun pagi, dalam benak saya hanya ada kakao; siang dan malam hari,cuma memikirkan kakao dan cokelat.” Distribusi, konsistensi membangun merek, dan upaya untukfokus pada bisnis cokelat memang menjadi pilar sukses keluarga Chuang. Akan tetapi, nilaikekeluargaan yang dibangun dalam keluarga ini tak pelak juga menjadi pilar suksesnya. Di keluargaChuang, pemutusan hubungan kerja diharamkan terjadi. Salah satu filosofi M.C. Chuang adalahjangan pernah mengeluarkan karyawan kecuali karena dua hal :mati dan mencuri. Jangan heranbila menjumpai karyawan yang puluhan tahun, sampai 40 tahun, bekerja di perusahaan ini. Atauyang seperti Udja, dipekerjakan kembali setelah pensiun. Kerja keras, loyalitas, kejujuran dankekeluargaan menjadi values. Dan nilai-nilai ini ditanamkan sejak M.C. Chuang merintis usaha danmemindahkan operasional Ceres dari Garut ke Bandung di 1950-an.
Tentang cokelat, mestinya produk dari negara Eropa jagonya. Sebab,masyarakatnya memang memiliki tradisi membuat cokelat. Namun, tidakdemikian di Indonesia. Silver Queen (SQ), namanya berbau asing, tapi asliBandung, Jawa Barat, justru paling menonjol di antara merek-merek cokelatbatangan ternama lain yang beredar pasaran. Menurut data AC Nielsen, SQberhasil mengalahkan produk-produk asing, seperti Dove, M&M, Lotte, Kit-Kat,Toblerone ataupun Cadbury. Wow! Padahal, di negara-negara seperti Australia, Malaysia, India dan Selandia Baru, Cadbury, raksasa asal Inggris, selalu jadijawara.
Disusul M&M dari Australia yang menonjol di Singapura, serta Dove yang memimpin pasar Cina. SQ? Jangankan dipilih, barangkali dikenal pun tidak. Namun, terbukti SQ menjadi raja dikandangnya sendiri. Menghadapi persaingan yang ketat itu, SQ mencoba konsisten memberikeunggulan kualitas produk dan tetap mempertahankan citarasa yang sudah diterima pecintacokelat di Indonesia. Kekuatan lain SQ adalah program komunikasinya. Produk ini kelihatan terusdijaga persepsi dan citranya di hadapan konsumen dengan program-program edukasi yangkonsisten. Lebih dari itu, edukasi yang dilakukan tetap sesuai dengan positioning-nya sebagaicokelat yang bertema 'santai', serta dalam koridor target pasarnya, remaja. "Santai belum lengkaptanpa Silver Queen."

Di produksi oleh PT.Ceres (Bandung,Jawa barat).



Komposisi :
Gula, kacang mente, susu bubuk, kakao massa, lemak kakao,pengemulsi lesithin kedelai, garam, pencita rasa vanilli.

Kemasan : Kertas dan Alumunium Foil Berat Bersih 68 gram

Harga Perkiraan : Rp. 7.500,-

No comments:

Post a Comment